Jenis-jenis visa Jerman yang perlu kamu tahu agar bisa ke Jerman
Selain paspor, syarat penting lain yang perlu lengkapi adalah visa. Pembuatan visa ini jauh lebih rumit daripada paspor.
Mari ketahui jenis visa Jerman agar kamu tau mana jenis visa mana yang paling cocok untuk kamu
Jenis-Jenis Visa untuk Orang Indonesia yang Ingin Pergi ke Jerman
1. Visa Schengen (Visa Kunjungan Jangka Pendek)
Visa Schengen memungkinkan kamu untuk tinggal di Jerman dan negara-negara Schengen lainnya hingga 90 hari dalam periode 180 hari. Visa ini cocok untuk:
Wisata
Kunjungan keluarga atau teman
Perjalanan bisnis atau seminar singkat
Partisipasi dalam acara budaya, olahraga, atau konferensi
Persyaratan umum:
Paspor yang masih berlaku minimal 3 bulan setelah tanggal kepulangan
Bukti keuangan yang cukup
Asuransi perjalanan
Tiket perjalanan pulang-pergi
Bukti akomodasi selama di Jerman
2. Visa Nasional (D-Visa) untuk Tinggal Jangka Panjang
Visa nasional (D-Visa) diperuntukkan bagi mereka yang ingin tinggal lebih dari 90 hari di Jerman. Jenis visa ini meliputi:
a. Visa Studi
Untuk calon mahasiswa yang ingin kuliah di Jerman
Bisa berupa visa untuk studi penuh atau kursus persiapan (Studienkolleg)
Membutuhkan surat penerimaan dari universitas dan bukti keuangan seperti blocked account (Sperrkonto)
b. Visa Pencari Kerja
Untuk profesional yang ingin mencari pekerjaan di Jerman
Berlaku hingga 6 bulan
Pemohon harus memiliki kualifikasi akademik yang diakui di Jerman
Memiliki kemampuan minimal bahasa Jerman B1
c. Visa Kerja
Untuk individu yang sudah mendapatkan kontrak kerja dari perusahaan di Jerman
Membutuhkan pengakuan kualifikasi profesional (jika diperlukan) dan persetujuan dari Bundesagentur für Arbeit
d. Visa Magang atau Pelatihan (Ausbildung)
Untuk peserta magang atau Ausbildung di perusahaan atau lembaga pendidikan di Jerman
Memerlukan kontrak dengan perusahaan atau institusi penyelenggara pelatihan
e. Visa FSJ/BFD (Freiwilligendienst – Layanan Sukarela)
Untuk mereka yang ingin melakukan pekerjaan sukarela di Jerman, seperti FSJ (Freiwilliges Soziales Jahr) atau BFD (Bundesfreiwilligendienst)
Memerlukan kontrak dari organisasi penyelenggara
f. Visa Au Pair
Untuk individu yang ingin tinggal dengan keluarga Jerman dan membantu pekerjaan rumah tangga serta merawat anak
Usia pemohon biasanya 18–26 tahun
Membutuhkan kontrak dengan keluarga asuh
g. Visa Pasangan atau Keluarga
Untuk pasangan atau anggota keluarga yang ingin bergabung dengan warga negara Jerman atau penduduk tetap
Membutuhkan bukti hubungan (akte pernikahan atau akte kelahiran)
3. Chancenkarte (Kartu Kesempatan)
Sistem visa berbasis poin yang direncanakan untuk mempermudah tenaga kerja asing masuk ke Jerman
Berlaku bagi mereka yang memiliki keterampilan dan pengalaman kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja Jerman
Masih dalam tahap implementasi dan peraturan pastinya bisa berubah
4. Visa Freelancer
Untuk individu yang ingin bekerja sebagai pekerja lepas di Jerman
Membutuhkan bukti klien potensial di Jerman dan rencana bisnis
Kesimpulan
Dari beberapa jenis visa, jikalau kamu memiliki cukup uang, kamu memiliki lebih banyak kesempatan. Namun kalau kamu masih belum memiliki cukup uang, kamu bisa coba program Aupair atau Ausbildung.
Kedua program ini sering aku sebutkan sebagai langkah memulai karir kamu di Jerman.
Agustus 2022, aku sedang berada di kondisi yang cukup terpuruk hingga akhirnya terpikir untuk pergi ke luar negeri meskipun menjadi pembantu rumah tangga di negara Arab sana. Diri ini memang kepengen pergi keluar negeri sejak SMP, terutama untuk kuliah.Ditengah waktu luang, aku iseng cari informasi ke luar negeri terutama ke Turki. Cita-cita untuk kuliah di luar negeri sudah banyak tergerus karena ternyata kuliah itu memusingkan hahaha. Pernah ikut acara MUN seminggu di Thailand dan menyambangi Malaysia, tentu saja tidak cukup. Keinginan ke luar negeri lagi masih tinggi, jadi setidaknya kalau tidak kuliah minimal kerja atau liburan.
Saat itu, aku sudah gabung beberapa grup job vacancy di beberapa negara. Saat itu posisiku akan segera ujian skripsi di bulan September dan sudah ancang-ancang ingin pergi dari rumah sesegera mungkin -atau mungkin lebih tepatnya ingin merantau, di kota yang lebih jauh daripada kota sebelumnya.
Selagi surfing di internet, aku tiba di sebuah website yang mengiklankan program Ausbildung, tapi sayangnya biayanya tidak lebih murah dari 40 juta, gila juga itu. Lanjut surfing lagi ke beberapa website lain, akhirnya bertemu dengan program aupair, kedengarannya waktu itu sangat ideal, namun tetap saja biayanya 25 juta, ~padahal gaji masih 2 juta per bulan.
Aku pikir program tersebut memang wajib pakai agen sebagaimana program yang sering ku dengar dari negara lainnya. Tapi ternyata, setelah beberapa lama aku cari tau, ternyata bisa juga kita ajukan secara mandiri, tanpa agen puluhan juta. Cara inilah yang mengantarkan aku pergi ke Jerman hingga hari ini.
Di artikel ini aku ingin membagikan pengalamanku tentang Aupair, terutama persyaratan, sejarah, dan beberapa tips!
Bagaimana Aupair di Jerman?
Au Pair adalah program pertukaran budaya di mana kamu akan tinggal bersama keluarga Jerman, membantu mereka mengurus anak-anak, dan sebagai gantinya, kamu akan mendapatkan akomodasi, makanan, dan uang saku. Ini adalah kesempatan paling ideal untuk kamu yang ingin merasakan kehidupan di luar negeri dengan modal minim (diantara program lainnya). Program ini juga jadi langkah pertama sebelum melakukan program lainnya (tentu saja kalau kamu berniat tinggal lebih lama di negara tersebut).
Aupair tidak hanya terbatas di Jerman, untuk kebanyakan orang Indonesia sendiri terbuka di negara Jerman, Austria, Perancis, Belanda, bahkan Australia setauku. Bagaimana negara lainnya? Aku kurang tau, tapi jika berdasarkan permintaan Aupair dan persyaratannya, ke-4 negara itulah yang paling banyak diminati oleh orang Indonesia.
Sejarah aupair dimulai dari keluarga kelas menengah dan atas Eropa yang membutuhkan bantuan anak muda dari negara lain untuk membantunya terutama dalam pengasuhan anak. Sebagai imbalannya anak muda tersebut akan mendapatkan untuk belajar bahasa asing, mengenal budaya baru, dan mendapatkan pengalaman hidup di luar negeri.
Pada awalnya program ini hanya dari mulut ke mulut, tapi setelah Perang Dunia II, kebutuhan akan pemahaman internasional dan pertukaran budaya meningkat sehingga program Au Pair mulai mendapatkan pengakuan dan struktur yang lebih formal.
Organisasi-organisasi mulai muncul untuk memfasilitasi penempatan Au Pair dan memastikan kondisi yang adil bagi peserta. Hingga sekarang program Aupair sudah formal, didukung oleh masing-masing negara, memiliki komunitas legal, dan meluas tidak hanya di Eropa tapi juga Amerika, Canada, dan beberapa negara maju lainnya.
Tujuan
Idealnya, Aupair ini memang ditujukan sebagai program pertukaran budaya. Pertukaran budaya berarti benar-benar memahami dan menjalani seluk beluk ´budaya´: cara mereka hidup, memasak, makan, pola pengasuhan, merayakan sesuatu, hingga menyelesaikan sebuah masalah. Perlu ditekankan, belajar budaya disini tidak hanya merayakan festival atau menikmati suasananya saja. Tapi benar-benar belajar untuk bisa beradaptasi di sebuah tempat yang jauh dari rumah kita, perbedaan cuaca; bahasa; karakter orang-orang yang berbeda, dan drama lainnya. Catat ini: Siap untuk beradaptasi dengan segala hal yang mungkin kita pikir tidak logis. Di kemudian hari, kita akan mengerti alasannya.
Program ini menjadi win win solution bagi keluarga dan peserta aupair. Aupair mendapatkan manfaat untuk tinggal dan mendapat izin kerja di negara tersebut, sedangkan keluarga pengundang mendapatkan bantuan untuk mengasuh anak mereka dengan biaya yang minim.
Manfaat
Manfaat yang aku rasakan setelah 9 bulan menjalani Aupair di 2 keluarga berbeda ialah:
Jadi langkah pertama sebelum melanjutkan program lainnya, terutama penguatan mental dengan drama culture shock.
Mengerti bagaimana cara mengurus rumah di Jerman, karena memang sungguh berbeda. Aku sadar akan tanggung jawabku terutama dalam hal menjaga kebersihan, aku belajar banyak semasa Aupair. Dari mulai mengeringkan bak mandi setelah selesai, hingga menggosok kalk tiap minggu.
Teruntuk bahasa, tentu saja banyak aupair yang terbantu untuk melatih bahasa Jermannya selagi mereka berinteraksi dengan anak asuh atau orang tua asuhnya, tapi untuk kasusku, tidak begitu membantu karena aku berkomunikasi bahasa inggris dengan mereka.
Belajar cara menyelesaikan masalah ala orang Jerman, terutama directness mereka ketika mengungkapkan sesuatau tapi tidak sampai ambil hati.
Bepergian ke negara lain. Banyak orang yang mengambil liburan mereka ke negara tetangga. Aku sendiri sempat ke Prancis, Spanyol, dan Maroko.
Belajar cara memasak dengan rempah dan bumbu yang berbeda, mencoba banyak makanan sebelum beli sendiri, pergi ke beberapa tempat sambil dapat ´ceramah´ gratis dari gastfamilie.
Jaringan untuk masa depan. Semasa aupair, sebisa mungkin linking dengan anggota keluarga gast family karena bisa jadi mereka atau bahkan gast familie sendiri yang memberi kita kesempatan untuk melanjutkan ausbildung. Banyak aupair yang direkrut kembali oleh gast familienya untuk ausbildung di kantor mereka atau saudaranya.
Meningkatkan kemandirian. Bayangkan saja sebagai aupair, kita harus mengurus semua izin tinggal sendiri. Pengurusan izin tinggal dan pencarian program selanjutnya ini tidak pernah selesai. Tapi kebanyakan aupair mampu mengatasinya dan sukses loncat ke program selanjutnya seperti FSJ dan Ausbildung.
Proses pengajuan visa Au Pair di Jerman
Kalau kalian berminat untuk Aupair ke Jerman, hal pertama yang dilakukan adalah
Belajar bahasa hingga lulus ujian tingkat A1 di Goethe
Mempersiapkan persyaratan lain sesuai Merkblatt seperti:
– Satu (1) pasfoto biometris terbaru
Foto biometris tidak sama dengan pas foto biasa, harus dilakukan di studio yang memang menyediakan jasa foto bimetris, aku sendiri melakukannya di Jakarta. Sekali sesi (termasuk foto, 4 foto print, dan pdf hasil foto) seharga Rp. 75.000, bisa cari di google maps ´´studio foto biometris´. Biasanya tinggal bilang bahwa kamu butuh foto biometris untuk visa. Jangan lupa minta salinan PDF nya untuk kebutuhan foto mendatang.
– Paspor yang masih berlaku (di tanda tangan secara pribadi dan minimal terdapat tiga (3) halaman yang masih kosong dan masih berlaku minimal 15 bulan)
Cara membuat paspor bisa di cek di kota masing-masing. Tips saat pembuatan paspor, saat ditanya petugas apa kebutuhan pembuatan paspor, bilang aja kamu jalan-jalan ke Malaysia. Soalnya kalau jujur ke Jerman, biasanya dipersulit, mereka tidak mau kita pergii~
– Surat motivasi dalam bahasa Jerman atau Inggris yang dibuat dan ditulis secara pribadi dalam bentuk asli dengan informasi mengenai rencana tinggal Au-Pair. Termasuk di dalamnya penjabaran mengenai harapan yang terkait masa tinggal sebagai Au-Pair dan keuntungan yang diinginkan bagi karir dan pribadi seperti juga rencana masa depan. Apa rencana Anda setelah menyelesaikan kegiatan Au-Pair? Apakah Anda ingin kembali ke Indonesia? Apakah Anda mahasiswa/-i? Jika iya, apakah Anda akan melanjutkan atau menghentikan studi Anda? Apakah Anda telah mempunyai ijazah? Dalam bidang apa?
Jujurly, surat motivasi ini sensitif, mereka selalu pengen mastiin kita bakal balik ke Indonesia lagi, salah dikit bisa ditolak pengajuan visa kita, maka dari itu aku saranin kalian untuk ambil jasa koreksi motlet. Untuk ini, aku ada kenalan reccomended, silahkan hubungi aku di instagram/whatsapp.
– Daftar riwayat hidup
Setinggi dan sebanyak apapun pengalaman kalian, di cv Jerman, kita harus sehumble mungkin dan hanya cantumkan informasi yang berkaitan dengan posisi yang ingin kita lamar. Buat sesederhana mungkin, terlebih yang mendukung informasi kalian sesuai dengan surat motivasi.
+ Bukti pendaftaran kependudukan (Meldebestätigung) dari keluarga pengundang (1 Fotokopi). Dari bukti ini tertera, bahwa di rumah dari keluarga pengundang tinggal satu atau beberapa anak di bawah usia. Bukti pendaftaran kependudukan ini maksimal 3 bulan lamanya.
Perlu di cek dengan seksama, jangan sampai expired, kalau expired, minta gastfamilie untuk minta dokumen terbaru dari Rathaus setempat.
+ Sertifikat bahasa (Asli + 1 Fotokopi) Bukti kemampuan bahasa level A1, pada saat pengajuan permohonan tidak lebih lama dari 12 bulan.
– Jika dimiliki terjemahan bahasa Jerman Ijazah S1, atau terjemahan ijazah SMA yang telah diapostille.
– Pengajuan termin bisa memakan waktu beberapa minggu hingga 3 bulan.
– Asuransi kesehatan „Incoming-Krankenversicherung“ harus dilampirkan sebelum proses visa selesai.
Untuk asuransi Aupair, kalian bisa kasih rekomendasi ke gastfamilie untuk ambil asuransi Dr. Walter. So far, banyak anak Indonesia yang ambil asuransi tersebut, jadi nanti kalau mau tanya-tanya bisa mudah dapet jawaban. Untuk linknya bisa chat aku personal yaa di kontak whatsapp aku.
Untuk lebih lengkapnya persyaratan bisa dilihat dilaman Merkblatt dari kedutaan Jerman di Indonesia ini: Link Merkblatt
Penyusunan berkas tersebut tidak tersusun, aku sendiri lebih dulu menemukan gastfamilie sebelum benar-benar belajar bahasa Jerman. Atau kasus lain sudah siap semua persyaratan dan termin, tapi belum juga mendapatkan gastfamilie. Jadi usahakan lengkapi persyaratan apapun selagi bisa.
Tetap terhubung dengan Aupair lain dengan gabung beberapa grub Indonesia di Jerman.
Artikel lain yang berkaitan dengan topik Aupair bisa ditemukan di link di bawah.